Membiarkan Jendela Terbuka Dapat Mengurangi Risiko Tertular Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ahli menyarankan untuk memiliki ventilasi rumah dan tempat kerja yang dapat mencakup menjaga jendela tetap terbuka saat tidur. Ini sangat disarankan, terutama jika Anda berbagi ruang dengan orang lain atau menerima perawatan di rumah, untuk mengurangi risiko tertular Covid-19.
Menurut laporan baru-baru ini oleh Kelompok Pemodelan Lingkungan untuk kelompok penasihat ilmiah Pemerintah untuk keadaan darurat (SAGE), aliran udara yang buruk meningkatkan risiko tertular Covid-19 dari partikel udara (aerosol) yang dapat membawa virus lebih dari dua meter.
Baca juga : Harapan Besar Itu Adalah Vaksin Covid-19...
Laporan yang diterbitkan pada bulan September ini mengatakan bahwa paparan aerosol berkurang setengahnya ketika tingkat ventilasi menjadi dua kali lipat. Dilansir dari Daily Mail, Kamis (12/11) menjaga jendela tetap terbuka memungkinkan udara yang menahan virus secara teratur diganti dengan udara segar.
Profesor Linda Bauld, seorang ahli kesehatan masyarakat di Universitas Edinburgh, mengatakan mengganti udara di sebuah ruangan dengan membiarkan jendela terbuka siang dan malam dapat membuat perbedaan yang signifikan pada risiko tertular Covid, sehingga harus diberikan sebagai keharusam seperti mencuci tangan dan menjaga jarak aman dari orang lain.
"Pesan kesehatan masyarakat tentang ventilasi yang baik akan menjadi semakin penting karena bukti yang berkembang bahwa Covid dapat menyebar melalui penularan melalui udara ke wilayah yang lebih luas," kata Bauld kepada Good Health.
Baca juga : Selain 3M, Yuk! Cegah Penularan Covid-19 dengan VDJ
Ada keuntungan lain jika jendela tetap terbuka di malam hari. Dr Shaun Fitzgerald, direktur pusat perbaikan iklim di Universitas Cambridge menjelaskan, membuka jendela kamar tidur tidak hanya mengurangi jumlah virus yang bersirkulasi, tetapi juga dapat berkontribusi pada tidur yang lebih baik dan meningkatkan kewaspadaan siang hari dengan mengurangi tingkat karbon dioksida, gas yang digunakan buang napas saat menghembuskan napas.
"Jika Anda dapat menurunkan tingkat karbon dioksida hingga kurang dari 2.000 bagian per juta, penelitian telah menunjukkan bahwa kemampuan belajar dan rentang perhatian anak-anak meningkat," jelas Fitzgerald.
Faktanya, ada bukti yang berkembang bahwa tingkat karbon dioksida yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan kognisi yang lebih buruk yang diderita oleh orang tua yang sering tinggal di rumah.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh para peneliti di Universitas Harvard menemukan sukarelawan yang terpapar pada tingkat karbon dioksida yang lebih tinggi berjuang dengan cara menanggapi dan menggunakan informasi.
Menurut laporan baru-baru ini oleh Kelompok Pemodelan Lingkungan untuk kelompok penasihat ilmiah Pemerintah untuk keadaan darurat (SAGE), aliran udara yang buruk meningkatkan risiko tertular Covid-19 dari partikel udara (aerosol) yang dapat membawa virus lebih dari dua meter.
Baca juga : Harapan Besar Itu Adalah Vaksin Covid-19...
Laporan yang diterbitkan pada bulan September ini mengatakan bahwa paparan aerosol berkurang setengahnya ketika tingkat ventilasi menjadi dua kali lipat. Dilansir dari Daily Mail, Kamis (12/11) menjaga jendela tetap terbuka memungkinkan udara yang menahan virus secara teratur diganti dengan udara segar.
Profesor Linda Bauld, seorang ahli kesehatan masyarakat di Universitas Edinburgh, mengatakan mengganti udara di sebuah ruangan dengan membiarkan jendela terbuka siang dan malam dapat membuat perbedaan yang signifikan pada risiko tertular Covid, sehingga harus diberikan sebagai keharusam seperti mencuci tangan dan menjaga jarak aman dari orang lain.
"Pesan kesehatan masyarakat tentang ventilasi yang baik akan menjadi semakin penting karena bukti yang berkembang bahwa Covid dapat menyebar melalui penularan melalui udara ke wilayah yang lebih luas," kata Bauld kepada Good Health.
Baca juga : Selain 3M, Yuk! Cegah Penularan Covid-19 dengan VDJ
Ada keuntungan lain jika jendela tetap terbuka di malam hari. Dr Shaun Fitzgerald, direktur pusat perbaikan iklim di Universitas Cambridge menjelaskan, membuka jendela kamar tidur tidak hanya mengurangi jumlah virus yang bersirkulasi, tetapi juga dapat berkontribusi pada tidur yang lebih baik dan meningkatkan kewaspadaan siang hari dengan mengurangi tingkat karbon dioksida, gas yang digunakan buang napas saat menghembuskan napas.
"Jika Anda dapat menurunkan tingkat karbon dioksida hingga kurang dari 2.000 bagian per juta, penelitian telah menunjukkan bahwa kemampuan belajar dan rentang perhatian anak-anak meningkat," jelas Fitzgerald.
Faktanya, ada bukti yang berkembang bahwa tingkat karbon dioksida yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan kognisi yang lebih buruk yang diderita oleh orang tua yang sering tinggal di rumah.
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh para peneliti di Universitas Harvard menemukan sukarelawan yang terpapar pada tingkat karbon dioksida yang lebih tinggi berjuang dengan cara menanggapi dan menggunakan informasi.